Tangerang, Ciputat, Radarbuana. com – Komitmen akademik dan keilmuan yang semakin meningkat terus dilakukan STIE Ganesha Jakarta. Perguruan tinggi ini benar-benar menunjukkan dalam rentang waktu yang relatif singkat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan selain belajar mengajar di kelas. Juga ada kegiatan-kegiatan akademik yang berorientasi pada pengembangan ilmu dan pengetahuan masyarakat luas, seperti seminar-seminar yang telah dilakukan beberapa waktu lalu dan sedang dilaksanakan hari ini. Serta akan dilaksanakan di masa yang akan datang.
Pada Sabtu (14/12/2019) di Wiswa Syaidah Inn UIN, Tangerang Ciputat, kembali STIE Ganesha Jakarta menggelar sebuah event besar di bidang akademik, yaitu International Seminar. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ganesha Jakarta ke-XXVI, mengundang beberapa pembicara tokoh Nasional dan Internasional. Untuk memberikan pemahaman mengenai tantangan peningkatan daya saing ekonomi dalam menghadapi era society 5.0. Dan memberikan pemahaman kepada perserta mengenai kemampuan yang diperlukan dalam menghadapi era society 5.0.
Dimana perkembangan teknologi 4.0 membuka ruang luas bagi setiap orang untuk mengakses informasi tanpa batas melalui Internet of things,”5.0 society adalah counterpart dari kemajuan teknologi 4.0,” sebut Dr. Ahmad Mulyana. SE, MM, selaku Ketua STIE Ganesha Jakarta, pada pembukaan Seminar Internasional tersebut,
Seminar sebelumnya diadakan ada tanggal 29 November 2019, yangmana Ilmu Ekonomi (STIE) Ganesha Jakarta mengadakan seminar Internasional manghadirkan Visiting Professor dari Jami’at Muhammad Khamis Rabat International University Maroko, Prof. Dr. Muhamad Rougy, dan Vice Chancellor for International Collaboration Affairs dari Al Qarawiyn University Maroko, serta Prof. Dr. Mohammed al Diouany.
Syarif Hidayatullah, SE, MM, Wakil Ketua Panitia Pelaksana sekaligus Wakil Ketua Bidang Administrasi dan keuangan STIE Ganesha merasa bersyukur atas upaya-upaya kongkrit pengembangan akademik dan pelayanan publik yang terus dilakukan STIE Ganesha Jakarta dalam beberapa waktu belakangan ini.
“Kami menyelenggarakan Seminar International bertajuk Strengthening role of Higher Education in the Industrial Revolution 4.0 and 5.0 Society. Tema yang diusung ini sangat up to date dan kontekstual dengan perkembangan teknologi 4.0 yang telah merubah secara drastis gaya hidup masyarakat modern, dari gaya manual menjadi Internet of things melalui sistem Android dalam genggaman tangan, HP. Dan masyarakat 5.0 dimaksud sebagai penguatan pengimbang (check and balance) agar teknologi dengan nilai-nilai sosial berjalan berdampingan dan saling menguatkan satu sama lain,” ungkapnya.
Ditambahkan Putri Noor Damayanti, SE, MM, bahwa Seminar yang diselenggarakan di Wisma Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengundang peserta dari berbagai universitas sebanyak 850 orang termasuk para tamu perwakilan negara-negara luar melalui Ambassador mereka di Jakarta sebanyak 20 orang.
Sementara itu menurut Prof. Dr. Muhammad Said, MA, Direktur Lembaga Pengembangan Ekonomi Syariah dan Technopreneurs (LPETS) Ganesha Jakarta. Sekaligus Steering Commitee Seminar Kegiatan yang dilalukan STIE Ganesha Jakarta, menilai sangat positif kegiatan-kegiatan akademik yang diselenggarkan STIE Ganesha Jakarta.
“Hal ini membuktikan bahwa STIE Ganesha memiliki komitmen dan integritas kuat dalam melaksanakan fungsi pokoknya yaitu Tri Darma Perguruan Tinggi, terutama disseminasi pengetahuan secara luas kepada public. Dan pada dasarnya merupakan bagian penting dari pelayanan publik dan tanggungjawab keilmuan dan sosial kepada masyarakat luas (stakeholders),” terangnya.
Prof. Dr. Muhammad Said, MA juga sebagai narasumber merupakan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen STIE Ganesha Jakarta.
Tak tanggung dalam penyelenggaraan Seminar Internasional ini, menghadirkan para akademisi dan praktisi yang memiliki keilmuan dan pengalaman yang luas, antara lain Prof. Dr. Rushami Zein Dean School of Business and Management University Utara Malaysia, Dr. M Syamsuri, S.Pd, MT, Pejabat LLDIKTI Wilayah III Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Culture; Prof. Dr. Muhtar Latief, Guru Besar dan Mantan Rektor IAIN/UIN Sulthan Thaha Syarif Qasim Jambi.
Prof. Dr. Rushami Zain membahas tentang peluang dan tantangan peningkatan daya saing ekonomi pada era 4.0 menuju era 5.0. Dia memberikan gambaran riel, tentang bagaimana perusahaan yang tidak mampu mengadaptasi diri dengan perkembangan yang terjadindie out dari pasar. “Perubahan terjadi ketika new digital technology and business models (4.0) mempengaruhi proposisi nilai dari barang dan jasa yang ada. Sehingga menuntut perlunya dilakukan penilaian kembali (re-evaluation).
Di era desruptive ini akan banyak industri yang gulung tikar karena tidak mampu merespons perkembangan teknologi yang sangat drastic,” terangnya.
Dalam paparannya Dr. M Syamsuri, S.Pd, MT menyebutkan 4.0 membantu para pengguna teknologi menciptakan produk bisnis, membangun jaringan komunitas bisnis mereka secara lebih luas.
Menurutnya teknologi 4.0 membantu pengguna membangun nilai secara ekonomik, membantu membuka jaringan kerjasama yang bisa meningkatkan nilai tambah bagi bisnis mereka. “Selain itu, masyarakat 5.0 menuntut adanya exellent in Soft Skill seperti kolaborasi, komunikasi yang baik dan perilaku yang baik terhadap sesama anggota masyarakat,” ujar Syamsuri.
Lebih lanjut Muhammad Said mengungkap bahwa perkembangan teknologi hari ini tidak lahir dari ruang hampa. Ia merupakan estafet dari perkembangan peradaban manusia pada fase-fase sebelumnya, boleh dikata industri 1.0, industri 2.0, industri 3.0 dan sekarang 4.0. Karakteristik dari masing pencapaianlah yang berbeda satu dengan lain. 4.0.
“Bagi saya 4.0 is not standing alone out there, tapi bagian integral bahkan terinspirasi oleh kondisi perkembangan masa lalu yang dianggap tidak lagi selaras dengan perkembangan masyarakat moderen. Istilahnya, tiap masa ada penemuan yang berbeda, tiap penemuan memiliki karakteristik yang berbeda. 4.0 menuntut manusia bisa bekerjasama dengan robot, menguasai IT dan kemampuan komunikasi dalam bahasa asing,” terangnya.
Ia menambahkan, 4.0 menuntut lembaga pendidikan tinggi meninggalkan pola tradisionil, merubah pola adminsitrasi manual menjadi online, investasi sumber daya manusia yang kreatif, mendorong pengembangan universitas berbasis teknologi, dan memperluas kolaborasi Internasional.
“Selain itu, 4.0 memunculkan cara baru belajar di Perguruan Tinggi dengan pola learning everywhere, learning is longlife, belajar dan bekerja adalah proses yang sama, kamous adalah organisasi belajar dan belajar melalui platform digital. Sedangkan 5.0 society menuntut keterbukaan terhadap perkembangan teknologi yang terjadi, sehingga impact yang dimunculkan memberi nilai tambah bagi kepentingan personal. Dan masyarakat 5.0 society menghendaki degradasi komunikasi sosial akibat IR 4.0 masyarakat yang saling menyapa, yang memanfaatkan data dari perkembangan teknologi untuk kemaslahatan yang lebih luas dan lebih kongkrit. 5.0 society telah melekat kuat pada masyarakat dengan kultur tepo saliro, tenggang rasa, gotong royong,” papar M Said.
Dalam konteks pendidikan 5.0 society di Indonesia harus tetap mengacu pada landasan kultural (budaya) Indonesia. Landasan sosiologis yang menghendaki masyarakat indonesia saling menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap orang dan landasan lain dengan tetap bersikap inklusif pada perkembangan yang terjadi untuk kemajuan individual, masyakarakat, dan peningkatan daya saing bangsa dan negara,” imbuhnya.
Sementara itu Prof. Dr. Muhtar Latief memaparkan tentang Peran Perguruan Tinggi dalam Penguatan Era Revolusi Industri 4.0 menuju Era Society. Ia menyampaikan bahwa semua kemajuan teknologi mengajak audiensi untuk mengifentifikasi generasi mana dari tahap generasi yang ada Baby boobers, generasi x, generasi y, generasi z, generasi alpha.
“Baby bombers generasi yang diibaratkan sunset, matahari yang segera terbenam. Jumlah millenial hari ini mencapai 90 juta jiwa. Generasi Millenial 62.570.920 tenaga kerja,Generasi x 69.003.270 tenaga kerja. Sisanya adalah baby bombers yang mununggu detik detik terakhir dunia kerja,” ungkapnya. Supriatin