Jakarta, Radarbuana.com – Berita Viral di media sosial, yang di upload Hendrawan Kariman (Kamparkiri), yangmana karena tak Ada Biaya, Pemain Voli Andalan sekolah, Riska Ramadila terancam Amputasi.
Relawan Padamu Negeri (RPN) yang peduli dengan berita tersebut memang prihatin. Untuk itu Relawan Padamu Negeri menghimbau agar Presiden dan Pemerintah Daerah serta BUMN Mengulurkan Bantuan. Dan Akhirnya mendapat respon dari Jokowi dan Menteri Kesehatan. Yang kemudian menurunkan tim dan melakukan kordinasi dengan pihak terkait di Kampar Kiri Riau untuk pengobatan Riska Ramadila.
Albert Soekanta, Ketua Umum Relawan Padamu Negeri begitu mendapatkan informasi dari Amigo wartawan senior Relawan Padamu Negeri langsung mengontak ke istana,ke menteri kesehatan yang langsung ditindaklanjuti oleh mas Bambang Dirjen Yankes dan mengontak ibu Ani Handayani BPJS Kesehatan RI.
Kita Relawan Padamu Negeri atas Nama Rakyat Indonesia mengucapkan terima kasih kepada bapak Joko Widodo (Jokowi), Bapak Menteri kesehatan Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) dan ibu Ani Handayani yang langsung sigap dan membantu Riska ..
“Semoga saudara / anak kita Riska dapat segera ditangani dengan baik dan semoga lekas sembuh ucap Albert Soekanta kepada media ini.
Sebelumnya di medsos tersebar, bahwa kemiskinan tidak hanya menyamarkan masa depan generasi penerus bangsa. Tapi juga menantang kehidupan. Hal perih ini pula yang sekarang dirasakan Riska siswi SMAN I Kamparkiri. Ketiadaan biaya berobat membuat siswi berbakat di bidang olahraga ini hanya bisa terbaring lemah.
Seperti yang disebut viral media sosial, Riska Ramadila (17) juga terkenal di antara teman-teman sebagai pemain bolavoli danalan sekolah. Riska yang sekarang duduk di kelas 3 SMA, hampir tidak pernah absen dalam olahraga ini. Bahkan, diaktifkan, dimulai dari olahraga ini pula yang berhasil dipindahkan tumor ganas.
Tumor itu membuat dirinya hanya bisa terbaring lemah di rumah kayu sangat sederhana di RT 03, RW 03 Kayu Mas, Kelurahan Lipatkain, Kecamatan Kamparkiri Riau
Rumahnya yang tergolong berada di tengah kelurahan, hanya berjarak sekitar 2 menit dari kantor lurah, tetapi nasibnya tidak bisa dibawa ke tengah. Sebaliknya ekonomi masuk kategori masuknya orang.
Karena ekonomi pulalah, bengkak yang memulai Riska usai terjatuh di sekolah utama pada Juli 2019 lalu, hanya dapat diselesaikan melalui urut tradisional. Memang, terlalu mahal buat anak pasangan Herianto dan Muzarniati ini mendatangi dokter atau ke klinik jika hanya karena bengkak kecil di kaki.
Perkiraan hanya bengkak kecil ini salah. Kaki kanan Riska terus membengkak, bahkan sekarang sudah hampir menyamai ukuran besar. Dua bulan setelah dirilis di lapangan voli itu, atau pada September 2019, Riska tidak lagi bisa bergerak. Dirinya hanya bisa terbaring lemah.
Tidak mencoba ke rumah sakit. Mengandalkan BPJS Kesehatan lewat Kartu Indonesia Sehat, Riska sudah dibawa ke puskesmas. Lalu dirujuk ke salah satu rumah sakit di Pekanbaru. Namun apa daya. Memang biaya itu tidak ada. Informasi terakhir dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Riska harus dirujuk ke Jakarta karena memerlukan alat di rumah sakit tersebut. Tim