Jakarta, Radarbuana.com– Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) terus berupaya agar harga bawang putih (baput) konsumsi impor dapat berangsur-angsur turun di level Rp.30,000 per kilogram. Meski ditengah situasi sulit karena wabah virus corona (Covid-19).
Sebelumnya Direktur Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian RI, telah menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) 450.000 ton bawang putih. Dan sebelumnya juga tanggal 18 Maret 2020 kebijakan Kementerian Perdagangan membebaskan persyaratan Surat Perizinan Impor (SPI) untuk mempercepat pemenuhan stok bawang putih (baput) dalam negeri.
Valentino, Ketua Pusbarindo mengungkapkan sayangnya direspon oleh eksportir bawang putih (baput) dengan kenaikan harga baput di China. Juga karena di China memang belum memasuki masa panen baput. Saat ini, baput yang diekspor ke Indonesia berasal dari hasil panen Mei-Juni Tahun 2019 yang disimpan dalam ‘cold storage’.
Budidaya baput di China adalah 8 bulan masa tanamnya, dan hanya sekali setahun panen. Kalau di Indonesia 4 bulan sudah panen. Di China musim tanamnya sekitar akhir September, awal Oktober dan panen pada Mei-Juni 2020. Artinya persediaan baput konsumsi di China untuk di eksport saat ini adalah berasal dari panen tahun lalu.
“Saat pelaku usaha (importir) baput Indonesia berbondong-bondong beli dari eksportir di China, demand (permintaan) baput naik dan supply penyimpanan juga tidak banyak. Maka hargapun naik, kenaikannya sekitar 18%, dari US$ 1.100/ton, menjadi US$ 1.300/ton”, tutur Valentino, kepada media ini melalui keterangan tertulisnya, Rabu, (1/4/2020).
Menurut Valentino, gejolak harga baput di dalam negeri masih berada dikisaran Rp.45.000 per kilogram akibat pasokan stok baput yang sudah diorder importir belum sepenuhnya masuk ke market. Tapi sebetulnya dampak psikologis saat RIPH digelontorkan dan SPI bebas, maka biasanya harga di dalam negeri cenderung turun.
Apalagi, lanjut Valentino dengan posisi nilai tukar rupiah melemah terhadap USD saat ini, harga beli bawang putih dari China sekitar Rp 21,45 juta/ton. Artinya, harga beli cukup tinggi, yaitu sekitar Rp 21.450/kg. Namun, harga tersebut belum termasuk biaya pengiriman, dan lain-lain.
“Harapan kami disaat rakyat sedang susah karena wabah corona seperti saat ini, kita berharap gejolak harga tidak terjadi walaupun di sisi importir berat. Karena harga di China naik, nilai tukar rupiah melemah hingga Rp 16.500”, pungkas Valentino. Holly