DaerahSulawesi Selatan

Ubah Kebiasaan Lama, Ini Yang Dilakukan Pemuda Rumbia Desa Tanete Kecamatan Simbang 

×

Ubah Kebiasaan Lama, Ini Yang Dilakukan Pemuda Rumbia Desa Tanete Kecamatan Simbang 

Sebarkan artikel ini
Pemuda Rumbia bagikan makanan buka puasa.

Maros, Radarbuana.com – Niat puluhan pemuda Dusun Rumbia dengan melakukan aksi sosial membagikan ratusan paket menu buka puasa di sekitar lampu merah (dekat patung kuda Maros), Rabu, 20 Mei 2020.

Ratusan paket tersebut mereka berikan kepada tukang becak, pengendara merupakan kegiatan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan Para pemuda ini berinisiatif patungan untuk membeli makanan tersebut, untuk dibagiakan.

“Jumlah paketnya tidak seberapa, karena ini juga dari hasil patungan teman-teman. Kumpul-kumpul sendiri sesama pemuda, lalu kami pakai untuk membeli paket makanan buka puasa. Tidak ada bantuan lain, diluar dari teman-teman kami,” ungkap Iqbal, Ketua Komunitas yang mereka sebut KAK.

Pria yang akrab disapa Baddu tersebut menjelaskan, sesungguhnya ini kali pertama mereka melakukan aksi sosial berbagi santapan buka puasa. Dan berharap pemuda lain di dusunnya juga mampu melibatkan diri dalam kegiatan yang bernilai positif.

“Ini pertama kalinya, kami bagi-bagi atas nama pemuda Rumbia. Apalagi di kampung kami itu pemudanya hanya dikenal dengan dua identitasnya, yakni pembalap dan pemain judi, kadang peminum juga. Kami tidak ingin hanya identitas itu yang melekat pada kami. Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan, bahwa pemuda Rumbia punya anak muda yang mulai sadar dan berbenah dari kebiasaan lama mereka. Saya kira itu yang penting,” paparnya.

Terkait kebiasaan itu, lanjut Baddu, pada dasarnya telah menjadi sesuatu yang turun temurun di kampung. Stigma tersebut yang mereka coba ubah, sedikit demi sedikit.

“Kami coba ubah sedikit-sedikit, dari hal hal sederhana. Contohnya itu mengubah kebiasaan lama itu dengan melakukan hal hal positif, berbagi kepada yang lebih membutuhkan. Baik dalam bentuk makanan atau saling membantu ketika ada yang membutuhkan,” ujarnya.

Baddu menambahkan, mereka tak ingin lagi dikenal dengan identitas negatif tersebut. Mereka ingin paradigma masyarakat tidak lagi soal kebrutalan, balapan dan semacamnya.

“Kami tidak lagi ingin kampung kami dikenal daerah dengan sebutan daerah judi sabung ayam ( pasaung, pabotoro)’, pembalap, dan sejenisnya.” tandasnya. Herman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *