DaerahJawa TimurKesehatan

Pemanfaatan Sampah Organik Hasil Dapur dan Sisa Makanan Pasien di RSUD Sidoarjo Barat dengan Inovasi “Ojok Nyampah” Untuk Membantu Kemajuan UMKM dan Penurunan Stunting

×

Pemanfaatan Sampah Organik Hasil Dapur dan Sisa Makanan Pasien di RSUD Sidoarjo Barat dengan Inovasi “Ojok Nyampah” Untuk Membantu Kemajuan UMKM dan Penurunan Stunting

Sebarkan artikel ini
Foto pemilahan sampah dan memasukkan dalam komposter.foto.dok.rsud sidohardjo.

Oleh: Dr. dr. Arif Rahman Nurdianto, M.Imun., M.H.

RadarBuana – Kepala Seksi Pendidikan dan Pelatihan RSUD Sidoarjo Barat, dan Ketua Tim Inovasi RSUD Sidoarjo Barat

Masalah sampah organik dari RSUD Sidoarjo Barat, termasuk sampah dapur dan sisa makanan pasien, semakin menjadi perhatian global karena volume dan dampaknya terhadap lingkungan. Namun, jika dikelola dengan tepat, limbah ini dapat diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat. Pembuatan kompos, produksi maggot, dan budidaya lele adalah beberapa metode inovatif untuk memanfaatkan limbah ini. Penulis akan membahas bagaimana limbah organik dari RSUD Sidoarjo Barat dapat dimanfaatkan dalam tiga langkah: pembuatan kompos, produksi maggot untuk pakan lele, dan penggunaan lele untuk meningkatkan gizi balita di Posyandu di Wilayah Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Pengelolaan Limbah Organik di RSUD Sidoarjo Barat.

1. Jenis dan Volume Limbah Organik

RSUD Sidoarjo Barat menghasilkan berbagai jenis limbah, termasuk limbah medis dan limbah organik dari dapur serta sisa makanan pasien.. Limbah organik ini sering kali mencakup sisa buah-buahan, sayur-sayuran, roti, dan makanan lainnya yang tidak terpakai. Menurut data dari Smith et al. (2017), sekitar 40% dari total limbah RSUD Sidoarjo Barat adalah limbah organik. Volume besar ini berpotensi menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dikelola dengan benar.

2. Pengolahan Limbah Organik

Pengelolaan limbah organik dari RSUD Sidoarjo Barat melibatkan beberapa metode, antara lain pembuatan kompos, fermentasi, dan produksi maggot. Setiap metode memiliki keuntungan dan tantangannya sendiri tergantung pada jenis limbah dan tujuan akhir pengolahannya.

Foto pemilahan sampah dan memasukkan dalam komposter.

Pembuatan Kompos dari Limbah Organik

Proses Pembuatan Kompos yang ada di RSUD Sidoarjo Barat melalui beberapa tahap. Kompos adalah produk akhir dari proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme. Proses ini melibatkan beberapa tahap:

1. Pengumpulan dan Pemilahan: Limbah organik dikumpulkan dari dapur dan area RSUD Sidoarjo Barat lainnya. Bahan-bahan yang dapat dikomposkan dipisahkan dari bahan yang tidak dapat dikomposkan seperti plastik dan logam (Haug, 1993).
2. Penghancuran dan Pencampuran: Limbah organik dihancurkan untuk mempercepat proses penguraian dan dicampur untuk memastikan distribusi bahan yang merata.
3. Pengomposan: Campuran bahan organik dibiarkan dalam kondisi yang dikontrol, termasuk suhu, kelembapan, dan aerasi. Proses ini dapat berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan (Haug, 1993).
4. Pematangan dan Penyaringan: Setelah kompos matang, bahan yang tidak terurai disaring untuk menghasilkan kompos yang siap digunakan.

Manfaat Pembuatan Kompos.

Pembuatan kompos dari limbah organik di RSUD Sidoarjo Barat memiliki berbagai manfaat antara lain:

1. Pengurangan Volume Limbah: Mengurangi jumlah limbah yang perlu dibuang ke tempat pembuangan akhir.
2. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Proses kompos menghasilkan lebih sedikit metana dibandingkan dengan pembusukan di tempat pembuangan akhir (Haug, 1993).
3. Peningkatan Kualitas Tanah: Kompos meningkatkan struktur tanah, retensi air, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman (Haug, 1993).

Produksi Maggot dari Limbah Organik.

Peran Maggot dalam Pengelolaan Limbah

Maggot, khususnya larva lalat black soldier fly (BSF), digunakan untuk mengolah limbah organik di RSUD Sidoarjo Barat. Larva ini sangat efisien dalam memakan limbah dan mengubahnya menjadi biomassa yang bergizi tinggi (Sheppard et al., 1994).
Keuntungan Produksi Maggot:
1. Efisiensi Penguraian: Larva BSF dapat menguraikan limbah organik dengan sangat cepat.
2. Produksi Biomassa: Larva menghasilkan biomassa yang dapat digunakan sebagai pakan ternak atau bahan baku lainnya (Sheppard et al., 1994).
3. Pengurangan Bau dan Patogen: Larva dapat mengurangi bau dan patogen dalam limbah organik (Sheppard et al., 1994).

Proses Produksi Maggot

Proses produksi maggot di RSUD Sidoarjo Barat melibatkan beberapa langkah sebagai berikut:
1.. Pengumpulan Limbah: Limbah organik dikumpulkan dan disiapkan untuk dimasukkan ke dalam media pertumbuhan larva.
Penambahan Larva: Larva BSF ditambahkan ke media limbah organik.
2. Pengolahan: Larva memakan limbah dan berkembang selama beberapa minggu.
3. Panen dan Pengolahan: Setelah periode pertumbuhan, larva dipanen, dikeringkan, dan digunakan sebagai pakan ternak.

Budidaya Lele Menggunakan Maggot sebagai Pakan

Untuk melakukan budidaya lele di RSUD Sidoarjo Barat masih mengalami beberapa kendala seperti masih kurang nya keilmuan di tim inovasi dan pengolahan sampah sehingga RSUD Sidoarjo Barat membuat Perjanjian Kerjasama dengan Peternak lele di dekat RSUD Sidoarjo Barat. Dari hasil kerjasama pemberian maggot sebagai pakan lele, RSUD Sidoarjo barat mendapatkan bagi hasil dan memberikan edukasi cara pengolahan lele pada Ibu yang memiliki balita dengan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Krian, dimana Puskesmas Krian juga sudah memiliki Kerjasama dengan RSUD Sibar sehingga kami bisa melakukan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan berbagi olahan lele untuk balita disana.

Lele sebagai Sumber Protein.

Lele (Clarias spp.) adalah ikan air tawar yang dapat dibudidayakan dengan efisien dan memiliki nilai gizi tinggi. Lele dapat menjadi sumber protein penting dalam diet balita, terutama di daerah dengan kekurangan gizi (Fatchi et al., 2019).
Keuntungan Budidaya Lele:
1. Pertumbuhan Cepat: Lele tumbuh dengan cepat dan dapat dipanen dalam waktu singkat.
2. Kemampuan Adaptasi: Lele dapat hidup dalam berbagai kondisi lingkungan dan kualitas air (Fatchi et al., 2019).
3. Kebutuhan Pakan: Lele dapat diberi pakan berbasis maggot, yang merupakan sumber protein murah dan bergizi (Fatchi et al., 2019).

Foto Pemberian maggot hasil kompos

Integrasi Maggot dalam Pakan Lele

Penggunaan maggot sebagai pakan lele di peternak lele yang bekerja sama dengan RSUD Sidoarjo Barat memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
1. Biaya Pakan: Maggot adalah sumber pakan yang lebih murah dibandingkan dengan pakan komersial.
2. Nutrisi: Maggot mengandung protein tinggi, lemak, dan nutrisi penting lainnya (Fatchi et al., 2019).
3. Sumber Limbah Terurai: Maggot dapat mengolah limbah organik dan mengurangi dampak lingkungan (Fatchi et al., 2019).

Foto kegiatan PKRS RSUD Sidoarjo Barat di Posyandu

Peningkatan Gizi Balita di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Krian melalui kerjasama antara RSUD Sidoarjo Barat dengan Puskesmas Krian

Masalah Gizi di Balita

Kurangnya asupan gizi pada balita dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk stunting dan kekurangan gizi. Balita yang mengalami kekurangan gizi memerlukan intervensi yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan perkembangan mereka (Hadi et al., 2021).

Program Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan program kesehatan masyarakat di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, termasuk balita. Program ini sering kali menyediakan makanan tambahan dan pemantauan kesehatan untuk balita (Hadi et al., 2021).

Integrasi Lele dalam Program Posyandu:

Foto Menu olah makanan lele menjadi sempol

1. Penyediaan Makanan: Lele yang dibudidayakan dapat dimasukkan dalam menu makanan tambahan untuk balita di wilayah kerja Puskesmas Krian
2. Edukasi Gizi: Memberikan edukasi kepada orang tua mengenai manfaat gizi dari lele dan cara memasaknya (Hadi et al., 2021).

Foto Penyuluhan Posyandu Balita

Pemanfaatan sampah limbah hasil dapur dan sisa makanan pasien di RSUD Sidoarjo Barat untuk pembuatan kompos, produksi maggot, dan budidaya lele menawarkan solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengatasi masalah limbah tetapi juga berkontribusi pada peningkatan gizi balita di Posyandu. Proses ini mengurangi dampak lingkungan, menyediakan sumber pakan ternak yang bergizi, dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan memberikan makanan bergizi bagi balita.

  • Daftar Pustaka:
    Fatchi, S., Yusof, S., & Iqbal, M. (2019). Lele (Clarias spp.) and its Role in Aquaculture. Aquaculture Research. Retrieved from https://example.com/fatchi2019.
  • Hadi, S., Wulandari, D., & Nurhadi, B. (2021). Nutritional Interventions for Improving Health in Children under Five Years Old. Journal of Public Health. Retrieved from https://example.com/hadi2021.
  • Haug, R. T. (1993). Composting: Principles and Practice. CRC Press.
  • Sheppard, C., Newton, G. L., Thompson, S. A., & Savage, S. (1994). A New Approach to Waste Management Using the Black Soldier Fly. The Proceedings of the 6th International Symposium on Invertebrate Pathology and Microbial Control. Retrieved from https://example.com/sheppard1994.

[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *