Oleh: Fery Setiawan, drg., M.Si
RadarBuana | Pertama-tama, kepada semua khalayak yang membaca opini saya ini saya ucapkan “Selamat Hari Raya Natal Tahun 2024 dan Tahun Baru Masehi Tahun 2025”, semoga di Tahun yang Baru ini kita terus bertambah sukses, sehat, dan bahagia selalu. Masih ingatkah kita semua dengan penyakit misterius pada tahun 2020 yang muncul pertama kali?
Jika masih ingat, iya penyakit tersebut adalah COVID-19. COVID-19 datang tak dijemput, tetapi banyak memakan korban jiwa yang berjatuhan. Pada Bulan Januari Tahun 2025 ini, saya akan mencoba untuk merefleksikan sejarah tentang munculnya COVID-19 pertama kali.
Tentu kita sadari bahwasanya teknologi kedokteran semakin hari semakin maju, namun penyakit seakan-akan tidak pernah lenyap dari muka bumi ini sehingga obat demi obat, vitamin demi vitamin, dan vaksin demi vaksin diciptakan terus menerus. Perjuangan melawan penyakit (baik penyakit resisten ataupun new emerging disease) terasa lebih menantang karena dituntut kecepatan, ketelitian, dan ketepatan di dalam menentukan diagnosis dan terapi. Perjuangan tersebut juga dirasa semakin menggembirakan karena tentunya pengharapan bahwasanya semakin dapat dilakukan pengobatan dan terapi terhadap penyakit, khususnya didukung oleh kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran.
COVID-19 merupakan salah satu tantangan terbesar yang saat ini masih dihadapi oleh seluruh dunia, bukan saja dampaknya terhadap dunia kesehatan tetapi dampaknya juga dirasakan oleh beberapa jenis bidang lainnya, termasuk: bidang pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan dan masih terus berkembang adalah vaksin COVID-19. Sampai saat ini belum ada satupun kandidat vaksin yang sudah dinyatakan aman dan dapat mencegah COVID-19, semuanya masih dalam proses pencobaan ataupun uji klinik.
Terdapat beberapa macam kandidat vaksin yang saat ini dikembangkan, yaitu: vaksin Astrazeneca, Vaksin Merah Putih, Pfizer-BioNTech, Sinovac, Moderna, Novavax, dan beberapa merk vaksin lainnya. Namun, kesemua jenis vaksin tersebut belum ada yang memberikan hasil yang sesuai dengan harapan yang diinginkan yaitu dapat mencegah COVID-19.
Tercatat bahwa sampai dengan tanggal 13 April tahun 2024, bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia mencapai 7.010.681 dengan jumlah kasus mencapai 701.75 juta kasus. Masih jelas di ingatan kita bahwa saat ini di waktu lima tahun yang lalu, yaitu di bulan Desember 2019 muncul pneumonia misterius di Kota Wuhan, Cina. Saat itu, varian yang pertama kali muncul adalah varian Alpha yang muncul di Inggris (B.1.17), kemudian dilanjutkan oleh varian Beta yang muncuk di Afrika Selatan (B.1.351), varian Gamma yang muncul di Brasil (P.1), varian Delta yang muncul di India (B.1.617.2), varian Zeta yang muncul di Brasil (P.2), varian Theta yang muncul di Filipina (P.3), varian Eta yang muncul di sejumlah negara (B.1t.525), varian Lota yang muncul di Amerika Serikat, dan varian lainnya yang muncul di sejumlah negara.
Keunikan COVID-19
COVID-19 memiliki keunikan, yaitu: sebagai salah satu jenis virus berbasis RNA (RNA based virus) maka laju mutasi COVID-19 bisa disebut sangat tinggi. Tentunya, laju mutasi yang sangat tinggi dapat berdampak terhadap vaksin COVID-19 karena target utama vaksin COVID-19 terletak pada spike yang berbentuk seperti duri-duri di virus COVID-19. Dapat dikatakan kunci sukses vaksin COVID-19 adalah pada spike, dengan adanya mutasi menyebabkan protein yang dikode oleh spike COVID-19 berubah terus sehingga susah terjadi ikatan antara vaksin dengan spike COVID-19.
Analogi antara vaksin dengan spike dapat digambarkan dengan analogi gembok dan anak kunci, untuk dapat membuka kunci maka diperlukan anak kunci yang sesuai dengan gembok tersebut. Apabila tidak sesuai, maka gembok tidak akan pernah terbuka sampai kapan pun. Keunikan COVID-19 pun dapat ditinjau dari COVID 19 merupakan pertengahan antara severe acute respiratory syndrome-corona virus-1 (SARS-CoV 1) yang pernah muncul di tahun 2003 di Cina dan middle east respiratory syndrome-corona virus (MERS-CoV) yang muncul pada tahun 2012 di daerah Timur Tengah, sehingga COVID-19 dapat disebut juga sebagai severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV 2) yang merupakan perpaduan antara SARS-CoV 1 dan MERS-CoV.
Upaya Pengobatan COVID-19
Seperti telah diutarakan bahwasanya, sampai dengan saat ini proses pengembangan dan pencarian vaksin terhadap COVID-19 yang masih terus dilakukan sehingga tentu terdapat berbagai upaya dalam pengobatan COVID-19. COVID-19 merupakan penyakit zoonosis (ditularkan oleh hewan) dan dapat ditimbulkan sebagai akibat adanya kedekatan atau kontak langsung antara hewan dengan manusia.
Atas dasar itu, kunci utama untuk pencegahan COVID-19 adalah dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menjaga PHBS merupakan tantangan terbesar yang harus dilakukan mengingat saat ini semakin dekat kontak antara manusia dengan binatang-binatang liar, bahkan dapat dikatakan bahwa PHBS merupakan kunci utama untuk mencegah terjadinya kemunculan penyakit serupa dengan COVID-19 di tahun-tahun berikutnya mengingat saat ini tren penyakit berbasis zoonosis terus meningkat dan berkembang pesat.
[3/1 15.26] Enjoy Net-88 – IGO: fleksi Munculnya COVID-19 5 tahun yang lalu, Bulan Januari Tahun 2025
Kedatangan COVID-19 yang Meresahkan
Pertama-tama, kepada semua khalayak yang membaca opini saya ini saya ucapkan “Selamat Hari Raya Natal Tahun 2024 dan Tahun Baru Masehi Tahun 2025”, semoga di Tahun yang Baru ini kita terus bertambah sukses, sehat, dan bahagia selalu. Masih ingatkah kita semua dengan penyakit misterius pada tahun 2020 yang muncul pertama kali? Jika masih ingat, iya penyakit tersebut adalah COVID-19. COVID-19 datang tak dijemput, tetapi banyak memakan korban jiwa yang berjatuhan. Pada Bulan Januari Tahun 2025 ini, saya akan mencoba untuk merefleksikan sejarah tentang munculnya COVID-19 pertama kali.
Tentu kita sadari bahwasanya teknologi kedokteran semakin hari semakin maju, namun penyakit seakan-akan tidak pernah lenyap dari muka bumi ini sehingga obat demi obat, vitamin demi vitamin, dan vaksin demi vaksin diciptakan terus menerus. Perjuangan melawan penyakit (baik penyakit resisten ataupun new emerging disease) terasa lebih menantang karena dituntut kecepatan, ketelitian, dan ketepatan di dalam menentukan diagnosis dan terapi. Perjuangan tersebut juga dirasa semakin menggembirakan karena tentunya pengharapan bahwasanya semakin dapat dilakukan pengobatan dan terapi terhadap penyakit, khususnya didukung oleh kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran.
COVID-19 merupakan salah satu tantangan terbesar yang saat ini masih dihadapi oleh seluruh dunia, bukan saja dampaknya terhadap dunia kesehatan tetapi dampaknya juga dirasakan oleh beberapa jenis bidang lainnya, termasuk: bidang pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan dan masih terus berkembang adalah vaksin COVID-19. Sampai saat ini belum ada satupun kandidat vaksin yang sudah dinyatakan aman dan dapat mencegah COVID-19, semuanya masih dalam proses pencobaan ataupun uji klinik. Terdapat beberapa macam kandidat vaksin yang saat ini dikembangkan, yaitu: vaksin Astrazeneca, Vaksin Merah Putih, Pfizer-BioNTech, Sinovac, Moderna, Novavax, dan beberapa merk vaksin lainnya. Namun, kesemua jenis vaksin tersebut belum ada yang memberikan hasil yang sesuai dengan harapan yang diinginkan yaitu dapat mencegah COVID-19.
Tercatat bahwa sampai dengan tanggal 13 April tahun 2024, bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia mencapai 7.010.681 dengan jumlah kasus mencapai 701.75 juta kasus. Masih jelas di ingatan kita bahwa saat ini di waktu lima tahun yang lalu, yaitu di bulan Desember 2019 muncul pneumonia misterius di Kota Wuhan, Cina. Saat itu, varian yang pertama kali muncul adalah varian Alpha yang muncul di Inggris (B.1.17), kemudian dilanjutkan oleh varian Beta yang muncuk di Afrika Selatan (B.1.351), varian Gamma yang muncul di Brasil (P.1), varian Delta yang muncul di India (B.1.617.2), varian Zeta yang muncul di Brasil (P.2), varian Theta yang muncul di Filipina (P.3), varian Eta yang muncul di sejumlah negara (B.1t.525), varian Lota yang muncul di Amerika Serikat, dan varian lainnya yang muncul di sejumlah negara.
Keunikan COVID-19
COVID-19 memiliki keunikan, yaitu: sebagai salah satu jenis virus berbasis RNA (RNA based virus) maka laju mutasi COVID-19 bisa disebut sangat tinggi. Tentunya, laju mutasi yang sangat tinggi dapat berdampak terhadap vaksin COVID-19 karena target utama vaksin COVID-19 terletak pada spike yang berbentuk seperti duri-duri di virus COVID-19. Dapat dikatakan kunci sukses vaksin COVID-19 adalah pada spike, dengan adanya mutasi menyebabkan protein yang dikode oleh spike COVID-19 berubah terus sehingga susah terjadi ikatan antara vaksin dengan spike COVID-19. Analogi antara vaksin dengan spike dapat digambarkan dengan analogi gembok dan anak kunci, untuk dapat membuka kunci maka diperlukan anak kunci yang sesuai dengan gembok tersebut. Apabila tidak sesuai, maka gembok tidak akan pernah terbuka sampai kapan pun. Keunikan COVID-19 pun dapat ditinjau dari COVID 19 merupakan pertengahan antara severe acute respiratory syndrome-corona virus-1 (SARS-CoV 1) yang pernah muncul di tahun 2003 di Cina dan middle east respiratory syndrome-corona virus (MERS-CoV) yang muncul pada tahun 2012 di daerah Timur Tengah, sehingga COVID-19 dapat disebut juga sebagai severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV 2) yang merupakan perpaduan antara SARS-CoV 1 dan MERS-CoV.
Upaya Pengobatan COVID-19
Seperti telah diutarakan bahwasanya, sampai dengan saat ini proses pengembangan dan pencarian vaksin terhadap COVID-19 yang masih terus dilakukan sehingga tentu terdapat berbagai upaya dalam pengobatan COVID-19. COVID-19 merupakan penyakit zoonosis (ditularkan oleh hewan) dan dapat ditimbulkan sebagai akibat adanya kedekatan atau kontak langsung antara hewan dengan manusia. Atas dasar itu, kunci utama untuk pencegahan COVID-19 adalah dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menjaga PHBS merupakan tantangan terbesar yang harus dilakukan mengingat saat ini semakin dekat kontak antara manusia dengan binatang-binatang liar, bahkan dapat dikatakan bahwa PHBS merupakan kunci utama untuk mencegah terjadinya kemunculan penyakit serupa dengan COVID-19 di tahun-tahun berikutnya mengingat saat ini tren penyakit berbasis zoonosis terus meningkat dan berkembang pesat.
Penulis:*Dosen Departemen Odontologi Forensik, Institute Ilmu Kesehatan (IIK), Bhakti Wiyata, Kediri, Jawa Timur, 64114