NasionalPendidikan

Salemba Memanggil: Guru Besar FKUI Peringatkan Bahaya Politisasi Pendidikan Kedokteran

×

Salemba Memanggil: Guru Besar FKUI Peringatkan Bahaya Politisasi Pendidikan Kedokteran

Sebarkan artikel ini
Para Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyampaikan keprihatinan mendalam atas wacana regulasi baru yang dinilai mempolitisasi pendidikan profesi kedokteran.(foto:ist)

Bukan sekadar nostalgia sejarah. Dari sebuah ruang tua di Salemba, tempat bangsa ini pernah menyalakan api perubahan, kembali terdengar suara peringatan. Kali ini datang dari ratusan Guru Besar dan dokter—mereka yang mengabdikan hidup untuk menjaga nyawa rakyat Indonesia.

RadarBuana | Jakarta – Dalam suasana yang sarat makna, para Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyampaikan keprihatinan mendalam atas wacana regulasi baru yang dinilai mempolitisasi pendidikan profesi kedokteran. Mereka menilai, jika pendidikan medis sepenuhnya dikendalikan oleh kekuatan politik, maka keselamatan masyarakat akan menjadi taruhannya.

“Ketika kurikulum dan sistem pendidikan ditentukan oleh pergantian pejabat politik, kualitas akan tergerus. Di dunia medis, itu berarti risiko pada nyawa,” tegas salah satu Guru Besar dalam pertemuan tersebut, pada 18 Mei 2025.

Salemba, yang dikenal sebagai ‘Kampus Perjuangan Rakyat’, kembali menjadi saksi. Para pendidik, sebagian telah menua, hadir bukan karena undangan formal, tapi karena panggilan nurani. Mereka membawa pengalaman puluhan tahun dan satu tujuan: menjaga marwah pendidikan kedokteran dari intervensi kepentingan kekuasaan.

Pengalaman kelam dalam sistem pendidikan nasional yang sering berubah tiap pergantian menteri menjadi cermin. Mereka tak ingin kegaduhan serupa menimpa pendidikan kedokteran—sektor yang berhubungan langsung dengan kualitas layanan kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Di bulan Mei, 27 tahun pasca-Reformasi, Salemba kembali menyuarakan perlawanan. Bukan melawan tirani, tapi mencegah bahaya yang datang diam-diam: birokratisasi pendidikan yang bisa mengorbankan generasi mendatang.

“Kami bersuara bukan karena ingin dikenang, tapi karena ingin rakyat tetap selamat,” pungkas dr. Roy Tanda Anugrah Sihotang, aktivis KA KBUI 98 dan Ketua Umum FSPMKI.

[*/igo]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *